Senyum di Tengah Puing: Kisah Haru Cucu-Cucu Abah Ikin yang Kehilangan Rumah


KARAWANG, HaloKrw.Com – Senyum mereka masih terlihat cerah, mata mereka masih berbinar, seakan tak ada beban yang menghimpit. Namun, di balik wajah-wajah polos itu, ada kisah yang begitu memilukan. Rumah yang selama ini menjadi tempat berteduh kini hanya tersisa puing-puing. Cucu-cucu Abah Ikin, yang seharusnya menikmati masa kecil dengan belajar dan bermain, kini harus menghadapi kenyataan pahit: mereka kehilangan tempat tinggal dan terancam tak bisa melanjutkan sekolah.

Hujan deras dan angin kencang yang menerjang Dusun Cijalu, Desa Cikampek Timur, Karawang, pada Selasa (4/2/2025) pagi menjadi awal dari kisah pilu ini. Rumah Abah Ikin, seorang pria berusia 80 tahun, ambruk dalam sekejap. Tak ada lagi atap yang melindungi mereka dari dinginnya malam, tak ada lagi dinding yang menghalangi tiupan angin. Hanya tersisa reruntuhan yang berserakan, menjadi saksi bisu tempat yang dulu mereka sebut rumah.

“Kami tidak punya pilihan selain tidur di atas tikar. Anak-anak tetap bermain seperti biasa, tapi kami, para orang dewasa, tidak bisa menyembunyikan kesedihan ini,” kata Abah Ikin dengan mata berkaca-kaca saat diwawancarai HaloKrw.Com di kediamannya, Selasa (4/2/2025) siang.

Abah Ikin dengan suara tergetar berusaha menyimpan lukanya. Tubuhnya renta hanya ditopang oleh kursi roda. Istrinya pergi begitu saja meninggalkannya sebatang kara saat usianya masih 65 tahun. Yang lebih memilukan, dari 13 penghuni rumah tersebut, mayoritas adalah anak-anak angkat dan cucu angkat Abah Ikin. Mereka hidup dalam keterbatasan ekonomi dan bahkan tidak bisa bersekolah karena kesulitan biaya.

Cucu-cucu Abah Ikin, yang selama ini ia rawat dengan penuh kasih sayang, kini menghadapi masa depan yang tidak pasti. Mereka seharusnya duduk di bangku sekolah, mengejar cita-cita, namun keterbatasan ekonomi membuat mereka harus menunda mimpi-mimpi itu.

Baca Juga:  Sempat Gunakan Lantai Kantor untuk KBM, Kini Siswa SDN Mulyajaya 2 Kembali ke Kelas

“Abah selalu ingin kami sekolah, tapi kami mengerti bahwa keadaan tidak memungkinkan,” ujar salah satu cucunya dengan suara lirih.

Di tengah keterbatasan ini, mereka masih menunjukkan keceriaan, bermain di antara puing-puing rumah yang roboh. Dunia mereka mungkin belum sepenuhnya memahami arti kehilangan, tetapi orang-orang di sekitar mereka merasakan betapa beratnya beban yang harus ditanggung keluarga ini.

Menyadari kondisi yang begitu memprihatinkan, warga sekitar segera bergerak. Gotong royong dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa rumah yang hancur. Pemerintah Desa Cikampek Timur pun turun tangan, berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk memberikan bantuan darurat berupa tikar, mi instan, dan terpal.

Tak hanya itu, Karang Taruna setempat juga mulai menggalang dana agar Abah Ikin dan keluarganya bisa memiliki tempat tinggal yang lebih layak.

“Kami berharap ada lebih banyak bantuan, agar Abah Ikin dan anak-anak ini bisa tinggal di rumah yang aman dan nyaman,” ujar Kepala Dusun Cijalu, Aah Supriadi.

Meski rumah mereka telah rata dengan tanah, semangat dan harapan keluarga ini masih berdiri tegak. Senyum keempat cucu Abah Ikin di antara puing-puing rumahnya adalah bukti bahwa mereka masih percaya pada masa depan.

Iklan
Ad 1

Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

hate hate
0
hate
confused confused
0
confused
fail fail
0
fail
fun fun
0
fun
love love
0
love
lol lol
0
lol
omg omg
0
omg
win win
0
win

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *