Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar Hiasi Stasiun Kereta Seoul


JAKARTA, halo krw.com – Puisi “Aku” karya Chairil Anwar kini terpampang di stasiun-stasiun kereta bawah tanah Seoul, Korea Selatan. Karya legendaris dari sang bapak puisi modern Indonesia tersebut dipilih dalam Program Puisi Multinasional yang digagas oleh Pemerintah Kota Seoul bekerja sama dengan berbagai kedutaan besar.

Bagi penumpang yang bepergian melalui Stasiun Yeouido (jalur 5, peron 8-2 dan 8-3) serta Stasiun Gangnam (jalur 2, peron 3-3 dan 3-4), kini mereka bisa membaca mahakarya penyair Indonesia yang terkenal dengan baris ikoniknya, “Aku mau hidup seribu tahun lagi.”

Kehadiran puisi Chairil Anwar dalam proyek ini bertujuan untuk memperkenalkan keberagaman sastra dunia kepada publik Korea. Program ini melibatkan 27 negara, termasuk Mongolia, Inggris, dan Vietnam, yang turut menampilkan karya sastrawan mereka.

Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Seoul, Zelda Wulan Kartika, menyatakan bahwa kesempatan ini menjadi momen penting dalam memperkenalkan sastra Indonesia ke dunia internasional.

“Kami merasa sangat terhormat dan juga terkejut, dalam arti positif. Korea Selatan memiliki apresiasi yang tinggi terhadap puisi, dan ini menjadi cara luar biasa untuk memperkenalkan Indonesia melalui sastra,” ujar Zelda dalam wawancara dengan Arirang TV.

Ia menambahkan bahwa pemilihan puisi “Aku” bukan sekadar kebetulan. Karya ini dipilih karena memiliki pesan universal tentang keberanian, kebebasan, dan tekad untuk menghadapi hidup, yang bisa diterima oleh berbagai budaya, termasuk Korea.

Baca Juga:  Kawasan Universitas Karawang Terkecoh oleh Prostitusi Online: Bisnis Gelap Tumbuh Subur di Sekitar Kampus

“Semangat yang tergambar dalam puisi ini tidak hanya relevan di masanya, tetapi juga tetap hidup hingga kini. Baris terakhirnya yang begitu kuat mencerminkan determinasi dan keberanian dalam menjalani hidup,” tambahnya.

Chairil Anwar, Simbol Perlawanan dalam Sastra

Lahir di Medan pada 26 Juli 1922, Chairil Anwar dikenal sebagai salah satu penyair paling berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia. Gaya puisinya yang tegas dan penuh perlawanan menjadikannya ikon sastra modern.

Selama hidupnya yang singkat, ia menghasilkan 96 karya, termasuk 70 puisi, dengan tema yang beragam, mulai dari perjuangan hingga renungan pribadi. Beberapa karyanya yang terkenal di antaranya “Karawang-Bekasi,” “Diponegoro,” “Doa,” dan “Senja di Pelabuhan Kecil.”

Pendekatan Program Puisi Multinasional ini menjadi bukti bahwa sastra bisa menjadi jembatan budaya antarbangsa. Dengan tampilnya puisi Chairil Anwar di transportasi publik Seoul, sastra Indonesia kembali menegaskan eksistensinya di kancah dunia.

Sebuah kebanggaan bagi Indonesia, melihat kata-kata Chairil Anwar kini menemani perjalanan masyarakat Korea di tengah hiruk-pikuk kota. Sebagaimana semangat yang ia tanamkan dalam karyanya, sastra Indonesia pun terus hidup dan menembus batas-batas negeri.


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

hate hate
0
hate
confused confused
0
confused
fail fail
0
fail
fun fun
0
fun
love love
0
love
lol lol
0
lol
omg omg
0
omg
win win
0
win

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *