KARAWANG, Halokrw.com – Bau menyengat dan pemandangan gunungan sampah di TPAS Jalupang sudah menjadi bagian dari keseharian Sumiyati (51), warga Desa Pangulah Utara. Sejak bertahun-tahun, perempuan ini menggantungkan hidup dari sisa-sisa yang dibuang orang lain. Setiap pagi, ia melangkah ke tumpukan limbah dengan karung dan alat pencapit di tangan, berharap ada rezeki yang bisa ia bawa pulang.
“Awal-awal masuk mah eneg, makan juga nggak bisa. Tapi lama-lama biasa aja,” ujar Sumiyati seperti dikutip KBEonline.id
Di balik kerasnya pekerjaan sebagai pengepul, kadang terselip kisah tak terduga. Suatu hari, seorang rekan sesama pengepul menemukan satu kantong plastik berisi uang tunai Rp6 juta di antara tumpukan sampah.
“Itu uang beneran, dapet di keresek. Waktu dihitung totalnya enam juta,” kenang Sumiyati, yang juga sempat ikut menyaksikan temuan mengejutkan itu.
Bagi para pengepul, temuan seperti itu dianggap ‘harta karun’ di tengah gunungan limbah. Tak jarang mereka juga menemukan barang-barang lain yang masih layak pakai, mulai dari pakaian, mainan, hingga ponsel bekas yang kadang masih bisa digunakan.
Sumiyati sendiri sudah hafal setiap sudut Jalupang. Ia menunjukkan sebuah saung sederhana di atas gunungan sampah, tempat ia dan rekan-rekannya berteduh dari panas. Dari puncak gundukan itu, rumahnya di Desa Pangulah Utara tampak kecil di kejauhan.
Dalam sehari, hasil pengepulan sampahnya tak menentu. Biasanya ia menjual hasilnya tiga hari sekali dengan penghasilan sekitar Rp80 ribu hingga Rp110 ribu. Namun, berapa pun hasilnya, Sumiyati tetap bersyukur.
“Kalau lagi apes ya segitu, kalau lagi beruntung bisa lebih,” katanya.
Kadang, di tengah aktivitasnya memilah sampah, Sumiyati juga menemukan makanan yang masih bisa dimakan.
“Kayak jeruk baru dibuang, kalau masih bagus ya saya makan. Nggak pernah sakit juga,” ucapnya polos.
0 Comments