Pemudik Lebaran Menyusut 24 Persen, Ini Alasan Jumlah Pemudik 2025 Menurun


JAKARTA, halokrw.com – Tradisi mudik Lebaran yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia menunjukkan gejala perubahan signifikan pada tahun 2025. Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), tercatat sekitar 146,48 juta orang melakukan perjalanan mudik tahun ini—angka yang menurun tajam sekitar 24 persen dibandingkan dengan 193,6 juta pemudik pada tahun 2024.

Penurunan ini tak hanya mengejutkan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar: apa yang sebenarnya berubah dari perilaku masyarakat?

Tekanan Ekonomi Masih Membayangi

Salah satu faktor utama adalah tekanan ekonomi yang masih dirasakan masyarakat. Inflasi dan meningkatnya harga kebutuhan pokok membuat banyak keluarga harus lebih selektif dalam mengatur pengeluaran. Biaya transportasi dan akomodasi mudik yang semakin mahal menjadi beban tersendiri, terlebih bagi mereka yang berada di sektor informal atau terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).

Beberapa sektor industri yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi juga berkontribusi terhadap peningkatan angka PHK. Tanpa kepastian penghasilan, banyak warga memilih bertahan di kota dan mengalihkan dana mudik untuk kebutuhan pokok.

Berkurangnya Bantuan Sosial

Faktor lain yang memengaruhi adalah pengurangan bantuan sosial dari pemerintah. Jika di tahun-tahun sebelumnya banyak keluarga yang mengandalkan bantuan sebagai subsidi biaya mudik, tahun ini fokus bantuan dialihkan untuk program pemulihan ekonomi dan jaring pengaman sosial yang lebih luas. Hal ini membuat sebagian besar masyarakat dari kelompok rentan tidak lagi menjadikan mudik sebagai prioritas.

Pergeseran Gaya Hidup dan Kebiasaan

Dampak jangka panjang dari pandemi COVID-19 juga tidak bisa diabaikan. Banyak masyarakat yang mulai terbiasa dengan komunikasi virtual. Video call, pesan suara, dan platform digital kini menjadi alternatif silaturahmi yang lebih murah dan praktis. Perayaan Lebaran pun semakin personal dan tidak selalu membutuhkan pergerakan fisik ke kampung halaman.

Baca Juga:  Lulus Kilat ZYA Tersangka Kasus Risma, Cellica Desak Kajian STR Dihentikan

Dampak di Lapangan: Stabilitas dan Tantangan

Penurunan jumlah pemudik ini memberi dua sisi dampak. Di satu sisi, lalu lintas di jalur mudik relatif lebih lancar dan teratur dibandingkan tahun sebelumnya. Kemacetan berkurang, dan proses arus balik pun berjalan lebih tertib. Harga kebutuhan pokok dan tiket transportasi juga lebih stabil karena permintaan tidak melonjak drastis.

Namun di sisi lain, ekonomi daerah merasakan efek negatif. Biasanya, arus mudik membawa perputaran uang yang signifikan ke daerah. Dengan jumlah pemudik yang menurun, omzet pedagang kecil, pelaku UMKM, dan jasa musiman di kampung halaman ikut terpangkas.

Sektor transportasi juga mengalami penurunan pendapatan. Operator bus antarkota, kereta api, dan penerbangan domestik mencatat jumlah penumpang yang menurun, meskipun armada sudah dipersiapkan dalam skala besar untuk mengantisipasi lonjakan yang ternyata tak terjadi.

Menuju Tradisi Baru?

Meskipun mudik masih menjadi tradisi yang lekat dengan budaya Indonesia, data tahun ini menunjukkan bahwa mobilitas masyarakat saat Lebaran tak lagi bisa diprediksi seperti sebelumnya. Pemerintah dan pelaku usaha perlu mulai memetakan perubahan tren ini sebagai dasar untuk kebijakan dan strategi ke depan—agar dampak positif tetap bisa dimaksimalkan meski dengan mobilitas yang berubah.


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

hate hate
0
hate
confused confused
0
confused
fail fail
0
fail
fun fun
0
fun
love love
0
love
lol lol
0
lol
omg omg
0
omg
win win
0
win

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *