KARAWANG, halokrw.com – Sri Murni (14), pelajar kelas 8 di SMPN 1 Pangkalan, hanya bisa menatap banjir yang merendam Jalan Raya Pangkalan Loji, akses utama menuju sekolahnya. Sejak banjir melanda dari subuh tadi, Murni tak tahu pasti apakah lusa ia bisa kembali bersekolah atau harus menunggu air surut lebih lama.
“Mau belajar, tapi jalannya tenggelam. Tidak ada jalur alternatif lain buat menuju sekolah,” lewat jalur sawah takut licin dan jauh,” ucap Murni sambil menatap jalur yang terendam banjir itu, Selasa (4/3/2025) siang.
Jalur utama menuju sekolah Murni terputus akibat luapan Sungai Cibeet yang merendam jalan setinggi 2,5 meter. Satu-satunya jalur alternatif adalah jalan setapak yang membelah sawah, tetapi jaraknya lebih jauh dan sulit dilalui saat musim hujan. Lokasi jalur setapak melewati bawah kolong Jembatan Cicangor yang ambles kemarin sore.
Meski bingung, semangat Murni untuk kembali ke sekolah tak padam. Ia berharap cuaca hingga esok hari tak turun hujan hingga banjir yang menggenangi jalur utama bisa surut airnya.
Bagi Sri Murni, kondisi ini membuatnya khawatir tertinggal pelajaran. “Kalau banjir terus, saya takut tidak bisa sekolah,” ucapnya lirih.
Empat Desa Terisolir Akibat Banjir
Camat Pangkalan, Rully Sutrisna, menjelaskan bahwa curah hujan tinggi di hulu Sungai Cibeet menjadi penyebab utama meluapnya air sungai. Debit air yang terus meningkat membuat aliran sungai meluap hingga merendam jalan dan permukiman warga.
“Air mulai naik dini hari, kami imbau masyarakat agar menghindari jalur tersebut dan menunggu banjir surut,” kata Rully.
Sebanyak empat desa terisolir akibat banjir, yakni Desa Tamansari, Mulangsari, Ciptasari, dan Parungmulya. Satu-satunya jalur alternatif yang bisa digunakan adalah jalan setapak di bawah Jembatan Cicangor yang ambles, namun jalur ini hanya bisa dilewati jika banjir mulai surut.
0 Comments