KARAWANG, halokrw.com – Gelombang upaya pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal ternyata belum surut. Sepanjang Januari hingga Juli 2025, Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Karawang menolak 253 permohonan paspor yang terindikasi kuat digunakan untuk bekerja di luar negeri secara ilegal.
Modus yang digunakan para pemohon bukan hal baru, tapi kini semakin rapi. Mayoritas mengaku hendak berwisata atau berkunjung ke keluarga di luar negeri. Namun, penyamaran ini runtuh ketika petugas menggali lebih dalam di tahap wawancara.
Kasubsi Pelayanan Dokumen Perjalanan Keimigrasian, Ade Irfan, mengungkapkan bahwa pemohon biasanya datang dengan cerita yang tampak masuk akal. Ada yang membawa foto keluarga di luar negeri, ada pula yang menyebut sudah memesan tiket wisata. Namun, saat diminta dokumen pendukung seperti surat rekomendasi travel, itinerary perjalanan, atau data penjamin keluarga, mayoritas gagal menunjukkan bukti.
Dari cara menjawab, bahasa tubuh, sampai ketidaksesuaian data, kami bisa melihat gelagat yang tidak wajar. Ketika dicecar detail perjalanan, biasanya mereka mulai berbelit,” jelas Ade.
Bagi Imigrasi, wawancara bukan formalitas, melainkan filter pertama untuk memutus mata rantai pengiriman TKI ilegal. Jika ada indikasi kuat, petugas berhak menolak dan meminta dokumen tambahan.
Menurut Ade, proses ini penting karena banyak warga yang berangkat tanpa perlindungan hukum akhirnya menjadi korban penipuan, gaji tidak dibayar, bahkan perdagangan manusia.
“Kami menghentikan mereka di sini, sebelum terlambat,” tegasnya.
Maraknya modus ini juga tak lepas dari situasi ekonomi. Banyak warga desa yang tergiur janji gaji tinggi di luar negeri, tetapi tak memahami risiko berangkat tanpa jalur resmi. Oknum calo dan sindikat TKI ilegal memanfaatkan celah ini, menyiapkan skenario alibi untuk melewati pemeriksaan awal di imigrasi.
Kasus 253 penolakan paspor di Karawang hanyalah puncak gunung es. Modus serupa diduga terjadi di banyak daerah. Imigrasi Karawang memastikan akan terus memperketat pemeriksaan, bekerja sama dengan aparat lain, dan mengedukasi masyarakat agar tidak terjebak rayuan manis yang berakhir pahit.
0 Comments